
Namun, semua berubah saat ia mendarat bukan di Thailand, melainkan di Ho Chi Minh, Vietnam, lalu dijemput untuk dibawa ke Kamboja.
Di sinilah awal mula Puspa akhrnya terjebak dalam sistem kerja kejam sebagai scammer online.
Berawal dari Postingan Mencari Pekerjaan di Media Sosial
Dilansir dari laman Pemprov DIY, Puspa mengisahkan bahwa awalnya rekrutmen bermula dari interaksinya di Facebook.
Saat itu, Puspa memposting niat mencari pekerjaan disertai pengalaman kerjanya.
Tak lama, seorang perempuan menghubungi lewat inbox dan menawarkan posisi staf dapur di restoran Thailand.
“Saya cari pekerjaan di sosial media Facebook. Saya memposting saya bisa kerja, apa pengalaman saya. Lalu ada seorang wanita yang inbox ke Facebook saya. Dia menawarkan pekerjaan awalnya di Macau,” tuturnya.
Keduanya bertukar nomor WhatsApp dan berkomunikasi intens selama sebulan, termasuk telepon dan video call. Puspa dijanjikan dokumen dan izin kerja akan diurus setelah tiba di Thailand.
Namun, tiket yang ia terima menunjukkan tujuan ke Ho Chi Minh. Meski sempat curiga, Puspa diyakinkan untuk tenang dan tetap berangkat.
Setibanya di Vietnam, ia dijemput pria bermotor, melintasi perbatasan, dan masuk ke wilayah Kamboja.
“Dari Ho Chi Minh, saya dijemput seorang pria menggunakan motor untuk menuju ke Kamboja. Tapi itu saya belum tahu kalau mau dibawa ke Kamboja.”
Di Kamboja, Puspa tak lagi bisa menghubungi perekrutnya. Ia lalu dibawa ke sebuah pasar, dan melihat seorang pria Tiongkok menyerahkan uang kepada pengawalnya.
Setelah itu, ia dibawa ke sebuah apartemen, ke dalam ruangan berisi puluhan pria bekerja di depan komputer. Di sinilah ia sadar bahwa dirinya telah “dijual”.
Puspa Dipaksa Jadi Scammer, Ditarget Rp300 Juta Per Bulan
Puspa bingung dengan pekerjaan barunya dan bertanya pada salah satu orang di sana. Jawabannya mengejutkan: mereka bekerja sebagai scammer atau penipu online.
“Ini sebenarnya kita kerja apa? Dia bilang, ‘Kita bekerja sebagai scammer atau penipuan online.’”