
Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Jenazah seorang pensiunan guru bernama Matius harus ditandu sejauh 30 kilometer oleh warga dan kerabat menuju rumah duka karena akses jalan yang rusak parah dan tidak bisa dilalui kendaraan.
Peristiwa mengharukan ini terjadi pada Senin (19/5/2025) dini hari, setelah Matius mengembuskan napas terakhir di RSUD Wahidin Sudirohusodo Makassar.
Ia sebelumnya menjalani operasi pengangkatan tumor di bagian paha.
“Matius didiagnosis menderita tumor di bagian paha dan menjalani operasi pada Sabtu pagi di RSUD Wahidin, namun takdir berkata lain, ia mengembuskan napas terakhir pada pukul 23.05 Wita di hari yang sama,” ujar Sekretaris Desa Padang Balua, Bonar Suito, saat dikonfirmasi Selasa (20/5/2025).
Perjalanan Jenazah dari Makassar hingga Pedalaman Seko
Jenazah Matius diberangkatkan dari Makassar ke Palopo pada Minggu (18/5/2025) pagi, dan disemayamkan sementara di rumah keluarga.
Dari Palopo, perjalanan dilanjutkan ke Masamba, Luwu Utara, hingga akhirnya diarahkan menuju kampung halaman di Kecamatan Seko.
Namun, ambulans yang membawa jenazah hanya mampu menjangkau Dusun Palandong, Desa Embona Tana, yang merupakan dusun pertama di wilayah Seko.
Setelah itu, warga mengambil alih dengan menandu peti jenazah secara estafet.
“Warga dan kerabat berjalan kaki sekitar 30 kilometer menuju rumah duka melewati jalan rusak, karena bertahun-tahun tidak mendapat perbaikan,” ungkap Babinsa Seko, Serda Rahmat Saman.
Menurut Serda Rahmat, medan yang ditempuh sangat berat. Jalan yang dilalui berlumpur, sempit, dan licin, terutama saat musim hujan.
Tak jarang warga harus berhenti sejenak untuk beristirahat karena kondisi fisik yang terkuras.
“Setelah menempuh perjalanan darat hingga ke wilayah Dusun Palandong, jenazah kemudian dibawa secara estafet oleh warga,” tambahnya.
Keluhan Warga soal Infrastruktur Jalan
Kondisi akses jalan rusak di Seko bukan hal baru. Warga setempat sudah lama mengeluhkan buruknya infrastruktur jalan di wilayah mereka.
Kerusakan yang terus dibiarkan menyebabkan kendaraan bermotor tidak dapat menjangkau sebagian besar wilayah Seko, terutama saat hujan turun.
“Karena bertahun-tahun tidak mendapat perbaikan,” tegas Serda Rahmat.
Warga berharap agar pemerintah daerah, khususnya Pemkab Luwu Utara, segera turun tangan memperbaiki infrastruktur jalan yang menghubungkan Seko dengan wilayah lainnya.
Pasalnya, kondisi jalan tersebut tidak hanya menyulitkan distribusi logistik dan pendidikan, tapi juga memperburuk akses layanan kesehatan bagi masyarakat pedalaman.
Artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Akibat Jalan Rusak di Seko, Jenazah Pensiunan Guru Digotong Sejauh 30 Km