
Iran dilaporkan telah memindahkan peralatan dan uranium dari fasilitas nuklir Fordow beberapa hari sebelum serangan militer Amerika Serikat (AS).
Informasi ini diberitakan oleh The New York Timesyang mengutip dua pejabat Israel yang mengetahui data intelijen.
Dilansir dari Antara, menurut laporan Sputnik pada Senin (23/6/2025), Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi pada Minggu (22/6/2025) menyatakan bahwa kawah akibat amunisi penembus tanah telah ditemukan di situs Fordow.
Fordow dikenal sebagai salah satu lokasi utama pengayaan uranium Iran hingga tingkat 60 persen.
Grossi menjelaskan bahwa sejauh ini tidak ada pihak, termasuk IAEA, yang dapat menilai kerusakan bawah tanah secara pasti di fasilitas tersebut.
The New York Times juga melaporkan bahwa Iran diduga telah memindahkan 400 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen dari fasilitas Fordow menjelang serangan.
Surat kabar tersebut menyebut bahwa langkah ini diambil sebagai respons terhadap ancaman militer berulang dari Presiden AS Donald Trump.
Serangan AS terhadap Tiga Situs Nuklir
AS meluncurkan serangan terhadap tiga fasilitas nuklir Iran yang terletak di Natanz, Fordow, dan Esfahan pada Minggu malam (22/6/2025) waktu setempat.
Pemerintah AS menyatakan bahwa tujuan serangan ini adalah untuk menghancurkan atau setidaknya melemahkan program nuklir Iran secara signifikan.
Grossi mengonfirmasi bahwa ketiga situs tersebut terkena dampak langsung serangan.
“Jelas bahwa Fordow juga terkena dampak langsung, tetapi tingkat kerusakan di dalam fasilitas pengayaan uranium belum bisa ditentukan secara pasti,” kata Grossi.
Ia menambahkan bahwa otoritas Iran telah memberitahu IAEA bahwa tidak terdapat peningkatan tingkat radiasi di luar lokasi pascaserangan.
Kondisi di Natanz dan Esfahan
Menurut analisis IAEA, situs pengayaan uranium di Natanz kembali menjadi target dengan amunisi penembus tanah. Fasilitas ini sebelumnya juga pernah mengalami kerusakan berat.
Sementara itu, situs nuklir Esfahan yang luas mengalami kerusakan tambahan dalam serangan terakhir.
Sebelumnya, beberapa bangunan di kompleks tersebut telah terdampak, dan sebagian mungkin mengandung bahan nuklir.
“Serangan terakhir pada pagi ini merusak bangunan-bangunan lain di Esfahan. Selain itu, kami telah memastikan bahwa pintu masuk ke terowongan bawah tanah di lokasi tersebut juga terkena dampaknya,” ungkap Grossi.

Seruan Diplomasi dari IAEA
Grossi menekankan pentingnya bagi negara-negara terkait untuk segera menempuh jalur diplomatik guna menghentikan pertempuran.
“Kita harus mencoba untuk kembali ke meja perundingan sesegera mungkin. Kita harus mengizinkan para inspektur IAEA untuk kembali. IAEA siap untuk memainkan perannya yang sangat diperlukan dalam proses ini. Kami telah berbicara dengan Iran, kami telah berbicara dengan AS. Kami harus bekerja untuk perdamaian,” kata Grossi.