CLICKBET88 – Mengenang Tsunami Pangandaran 17 Juli 2006: Luka 19 Tahun yang Masih Membekas di Pesisir Selatan Jawa

Ilustrasi Pangandaran - Pantai Pangandaran (SHUTTERSTOCK/raditya).

Lihat Foto

Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,7 yang terjadi di lepas pantai memicu gelombang tsunami besar yang menerjang pesisir Pangandaran, Jawa Barat, serta wilayah selatan Jawa lainnya.

Ribuan orang kehilangan tempat tinggal, ratusan jiwa melayang, dan kenangan kelam itu masih hidup dalam ingatan banyak warga hingga kini.

Bagaimana Kronologi Gempa dan Tsunami Pangandaran 2006?

Sore hari yang tenang pada Senin, 17 Juli 2006, mendadak berubah mencekam. Sekitar pukul 15.19 WIB, gempa kuat mengguncang kawasan selatan Pulau Jawa.

Menurut data Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika (saat itu PGN BMG), kekuatan gempa mencapai 6,8 skala Richter, dengan pusat gempa di kedalaman kurang dari 30 kilometer.

Tidak lama berselang, dua gempa susulan berkekuatan 5,5 dan 6,1 SR menyusul, mengguncang wilayah selatan Pameungpeuk, berjarak sekitar 100–150 kilometer dari pusat lindu pertama.

Zona ini memang dikenal sebagai kawasan rawan gempa subduksi, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Getaran terasa hingga ke Cilacap dan Kebumen (Jawa Tengah), Pantai Baron (DIY), bahkan Jakarta. Namun bencana sesungguhnya datang dari laut.

Tsunami setinggi 2 hingga 4 meter menerjang pantai dan permukiman, menyapu bangunan dan membawa korban jiwa serta kerugian besar.

Air laut menembus hingga 100 meter ke daratan dan kembali menyeret segala yang dilewatinya saat mundur ke laut.

Seberapa Besar Dampak dan Korban dari Bencana Ini?

Tsunami menghantam pesisir dari Pangandaran hingga DIY. Di Pantai Suwuk, Kebumen, sepuluh pemancing dilaporkan hilang.

Tim SAR Wijaya Kusuma menyelamatkan tujuh orang dari Pantai Teluk Penyu dan Lengkong di Cilacap. Di Pantai Permisan, Pulau Nusakambangan, seorang narapidana turut menjadi korban jiwa.

Kerusakan besar juga terjadi di sektor perikanan dan infrastruktur pesisir. Sebanyak 125 perahu nelayan rusak parah, tempat pelelangan ikan Karangduwur hancur, dan 20 warung terseret ombak.

Di Pantai Suwuk dan Ayah, lebih dari 500 perahu rusak. Perahu-perahu bahkan terseret hingga ke persawahan.

Kepanikan melanda warga yang berbondong-bondong mengungsi ke daerah perbukitan. Di tempat pengungsian, mereka hidup dengan fasilitas seadanya dan trauma yang membekas dalam waktu lama.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these

No Related Post