Notice: Function _load_textdomain_just_in_time was called incorrectly. Translation loading for the bosa-creative-agency domain was triggered too early. This is usually an indicator for some code in the plugin or theme running too early. Translations should be loaded at the init action or later. Please see Debugging in WordPress for more information. (This message was added in version 6.7.0.) in /www/indo0329/38.181.63.221/wp-includes/functions.php on line 6121
CLICKBET88 – Ledakan Amunisi di Garut, Apakah Warga Sipil Memiliki Kualifikasi untuk Pemusnahan? – CLICKBET88

CLICKBET88 – Ledakan Amunisi di Garut, Apakah Warga Sipil Memiliki Kualifikasi untuk Pemusnahan?

Keluarga korban ledakan pemusnahan amunisi menangis saat menunggu pemulangan jenazah di RSUD Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (13/05).

Lihat Foto

Warga sipil yang terlibat pemusnahan amunisi afkir atau tak layak pakai di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengaku sudah bertahun-tahun bekerja untuk TNI. Kesaksian mereka bertentangan dengan keterangan pihak TNI bahwa warga sipil korban ledakan adalah “masyarakat datang untuk ambil sisa-sisa ledakan”.

Ledakan amunisi afkir milik TNI AD pada Senin pagi (12/03) di Garut menelan 13 korban jiwa, sembilan di antaranya warga sipil dan empat lainnya anggota TNI.

Keterangan yang dihimpun BBC News Indonesia dari saksi mata, keluarga korban, dan pejabat setempat mengungkap pelibatan warga lokal dalam pemusnahan amunisi tanpa prosedur keamanan yang memadai.

Keterlibatan warga sipil yang dipekerjakan memusnahkan amunisi afkir memunculkan pertanyaan: Mengapa mereka bisa direkrut menjadi pekerja? Apakah mereka memiliki kualifikasi? Apakah ini sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang digariskan TNI?

TNI belum memberikan komentar atas keterangan ini, tapi mengatakan sudah membuka penyelidikan.

Politisi di DPR menyerukan investigasi mendalam dan “audit menyeluruh” tata kelola pemeliharaan amunisi, termasuk prosedur pemusnahannya.

Saksi mata: Jarak 25 meter meledak

Perintah dari Rustiawan akan menjadi salah satu pesan yang paling diingat seumur hidup Anjas Tajudin—korban selamat ledakan amunisi afkir di Garut.

Hanya beberapa detik sebelum ledakan, Anjas diminta Rustiawan mengambil barang-barang yang diperlukan membuat lubang ledakan baru.

“Disuruh bawa [mengambil] tutup drum sama peti karena mau bikin lubang baru, buat bikin ledakan,” kata Anjas.

Anjas segera naik sepeda motor, dan melaju. Tapi selang beberapa detik dentuman keras menusuk telinganya. Ledakan itu berasal dari lokasi Rustiawan dan belasan orang lainnya berkumpul.

“Jarak sekitar 25 meter dari lubang ledakan, serpihan tulang sama badan korban itu kena ke punggung saya,” kata Anjas.

Ia juga merasakan semburan pasir di punggung.

“Baju saya juga sampai robek bagian belakang. Terbakar ini, menyala,” kata Anjas sambil menunjukkan bagian punggungnya.

Setelah merasa jarak aman, ia melepas bajunya.

“Alhamdulillah, kalau tidak disuruh ambil barang peti sama tutup drum sama Pak Rus, saya juga enggak tahu [nasib saya]”.

Nama Rustiawan masuk dalam 13 daftar korban meninggal dalam peristiwa ini.

Rustiawan juga disebut Anjas sebagai “sudah ahli, sudah senior” dalam hal pemusnahan amunisi.

Anjas menjelaskan, ledakan yang menewaskan rekan-rekannya itu terjadi saat mereka membuat dua lubang baru.

Sementara itu, dua lubang sebelumnya sudah diledakkan—kemungkinan video ledakan ini yang beredar di media sosial.

“Itu jaraknya [dari ledakan sebelumnya] sudah lama, hampir dua jam lebih,” kata Anjas.

Masih berdasarkan pengakuan Anjas, ia bersama rekan-rekannya bekerja sebagai tukang gali lubang dan angkut barang.

Pekerjaan pemusnahan amunisi afkir ini tidak berlangsung setiap hari, tapi tergantung panggilan.

Saat tidak ada pekerjaan pemusnahan amunisi, ayah dua anak ini bekerja sebagai petani.

Ia mengaku sudah ikut membantu pemusnahan amunisi afkir sejak 2017.

“Kalau upahnya harian, tergantung, kadang Rp100.000, Rp150.000, Rp200.000. Tergantung banyaknya kerjaan… Pekerjaan biasa dimulai jam 8, istirahat jam 12, pulang jam 4,” katanya.

Ia berharap pemerintah dan pihak terkait memberi bantuan kepada korban dan keluarganya.

“Saya memohon kebijaksanaan dari aparatur pemerintah, yang lainnya untuk yang selamat, terutama untuk korban dan keluarganya,” katanya.

Momen terakhir

Video Rustiawan beredar viral di media sosial saat ia mengelola beberapa jenis amunisi.Dokumen Mupliana via BBC Indonesia Video Rustiawan beredar viral di media sosial saat ia mengelola beberapa jenis amunisi.

Cici Rusli, istri Rustiawan, terduduk lesu di teras rumah menunggu tamu yang datang melayat. Matanya sembab karena terus-menerus menangis.

Saat peristiwa ledakan terjadi, ia berada di dalam kawasan tapi jaraknya “jauh” dari sumber ledakan.

“Ya kaget. Kaget karena itu bukan ledakan yang disengaja,” katanya.

Di kawasan itu, Cici membuka tenda berdampingan dengan tenda TNI. Ia bertugas menyiapkan konsumsi.

“Kan kebetulan lagi masak katering buat anggota [TNI] dan para pekerja. Itu [ledakan] tidak disengaja, tidak ada kode apa-apa,” kata Cici memulai cerita.

Ia langsung bergegas ke lokasi ledakan karena teringat suaminya yang saat itu bekerja menyusun amunisi dengan sosok yang disebutnya “komandan TNI”.

Amunisi yang disusun dalam lubang ini akan dimusnahkan karena sudah tidak layak pakai.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these

No Related Post