
Malam 1 Suro kerap kali dikaitkan dengan suasana mistis, sakral, dan penuh perenungan.
Berbeda dengan tahun baru Masehi yang biasanya dirayakan dengan pesta dan keramaian, malam pergantian tahun dalam penanggalan Jawa ini diisi dengan kontemplasi dan ketenangan.
Dalam budaya Jawa, malam 1 Suro dianggap sebagai momentum penting untuk instrospeksi dan pembaruan diri secara spiritual.
Melansir dari Tradisi Satu Suro Di Tanah Jawa Dalam Perspektif Hukum Islam (2020) oleh Aryanti dan Zafi, malam 1 Suro adalah malam menyambut tanggal 1 Suro, hari pertama dalam kalender Jawa yang bersamaan dengan 1 Muharam dalam kalender Hijriah.
Istilah “Suro” sendiri berasal dari kata Arab “Asyura” yang berarti sepuluh, merujuk pada 10 Muharam yang juga memiliki nilai penting dalam sejarah Islam.
Namun dalam budaya Jawa, malam ini telah berkembang menjadi bagian dari tradisi kejawen yang penuh makna.
Tradisi Apa Saja yang Dilakukan di Malam 1 Suro?
Menurut jurnal Tradisi Malam Satu Suro dan Pengaruhnya Terhadap Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat (2023) oleh M. Mulyani, berbagai daerah di Jawa memiliki tradisi unik dalam memperingati malam 1 Suro.
Di Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran, ritual dilakukan melalui Kirab Pusaka Dalem dan Jamasan Pusaka.
Tujuan dari ritual ini adalah untuk menyucikan benda-benda pusaka sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur serta pelestarian budaya. Kirab ini juga menjadi sarana refleksi spiritual masyarakat.
Sementara itu di Keraton Yogyakarta, ritual serupa dilakukan melalui prosesi Tapa Bisu Mubeng Beteng.
Para peserta kirab mengelilingi benteng keraton tanpa mengucapkan sepatah kata pun, sebagai bentuk laku spiritual.
Seusai kirab, biasanya masyarakat menikmati Bubur Suran, makanan khas malam Suro yang memiliki cita rasa gurih dan manis.
Bagaimana Tradisi Malam 1 Suro Dijalankan di Daerah Lain?
Di Cirebon, Keraton Kanoman memperingati malam 1 Suro dengan pembacaan Babad Cirebon dan ziarah ke makam Sunan Gunung Jati.
Sedangkan di Keraton Kesepuhan, ritual pencucian pusaka dilakukan secara bertahap dari tanggal 1 hingga 10 Suro.
Di Kabupaten Bantul, masyarakat melaksanakan ritual Samas untuk mengenang Maheso Suro yang diyakini membawa kemakmuran bagi warga pesisir selatan.