CLICKBET88 – Lebih Humanis dari Barak, Eri Cahyadi Pilih Asrama Kanri Jadi Andalan Surabaya Bina Anak Bermasalah

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, Sabtu (3/5/2025).

Lihat Foto

Pemerintah Kota Surabaya di bawah kepemimpinan Wali Kota Eri Cahyadi memutuskan untuk mengubah pendekatan dalam menangani anak-anak yang terlibat kenakalan remaja.

Langkah ini berawal dari evaluasi terhadap efektivitas program barak militer, yang sebelumnya diandalkan sebagai tempat pembinaan anak-anak yang tertangkap karena aksi tawuran atau perilaku menyimpang.

Eri mengisahkan, dirinya beberapa kali menerima laporan tentang anak-anak yang terlibat tawuran antarkelompok.

Saat mereka tertangkap, petugas Satpol PP mengamankan dan membina mereka melalui program Sekolah Kebangsaan bekerja sama dengan TNI di Lanudal Juanda. Selama 10 hari, anak-anak tersebut dibekali pelatihan kedisiplinan ala militer.

“Ternyata keluar dari sana, mereka jadi anak baik. Orang tuanya bilang, ‘Pak, anak saya sekarang bisa mengucapkan terima kasih,'” ujar Eri saat ditemui di Surabaya, Jumat (30/5/2025).

Namun, perubahan perilaku tersebut tidak bertahan lama. Dalam hitungan bulan, anak-anak yang sama kembali tertangkap melakukan pelanggaran.

Dari situ, Eri menyadari ada akar masalah yang lebih dalam, yaitu kurangnya perhatian dan kasih sayang di rumah.

“Orang tuanya bilang ke saya, ‘Saya mohon maaf, saya ini tukang cuci, jarang ketemu anak saya.’ Berarti kasih sayang, komunikasi, dan tanggung jawab lebih penting,” katanya.

Mengapa Program Barak Militer Dihentikan?

Dari pengalaman tersebut, Eri memutuskan menghentikan program barak militer dan menggantinya dengan pendekatan yang lebih humanis, yakni program Kampung Anak Negeri (Kanri) dan Bibit Unggul.

Program ini berbasis asrama dan dirancang untuk memenuhi hak anak, memperbaiki karakter, serta membangun kedisiplinan secara berkelanjutan.

Dalam asrama yang kini menjadi bagian dari Rumah Ilmu Arek Suroboyo (RIAS), anak-anak tidak hanya mendapat pelatihan disiplin, tetapi juga pendidikan akademik dan keterampilan hidup. Semua dilakukan dalam suasana yang ramah anak.

“Soal jam malam, kewajiban ibadah, waktu belajar, semua sudah disepakati bersama orangtua. Kami ingin membentuk anak-anak yang berakhlak,” tegas Eri.

Apa Kata KPAI Tentang Program Ini?

Langkah Eri mendapat apresiasi dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Ketua KPAI, Ai Maryati Solihah, menyebut program ini sebagai contoh model pembinaan anak yang ideal dan layak diterapkan di daerah lain.

“Saya melihat ruang keterpaduan yang ramah anak. Ini terwujud karena adanya kolaborasi pemerintah dan swasta dalam mendukung pengembangan karakter anak,” ujar Ai Maryati setelah meninjau langsung salah satu asrama RIAS di Kalijudan Indah, Mulyorejo.

Menurut Ai, pendekatan humanis dalam program RIAS memungkinkan penanaman kedisiplinan yang menyentuh akar persoalan perilaku anak.

“Program ini tidak hanya menyelesaikan soal kenakalan, tetapi juga membangun jati diri anak-anak,” tambahnya.

Dengan keberhasilan yang ditunjukkan sejauh ini, KPAI menyarankan agar program serupa diadopsi oleh kota-kota lain. Eri pun berharap upaya ini bisa membawa perubahan positif bagi generasi muda di Surabaya.

“Saya ingin Surabaya jadi kota yang anak-anaknya tidak hanya pintar, tapi juga punya akhlak dan kepedulian sosial. RIAS adalah bagian dari mimpi itu,” tutup Eri.

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Anak Nakal Kembali Berulah Setelah Pulang dari Barak, Eri Cahyadi Pilih “Asramakan” Mereka“.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these

No Related Post