
IDAI) dr Piprim B. Yanuarso mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan mutasi mendadak dirinya dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) ke Rumah Sakit Fatmawati (RSF), Jakarta.
Ia menilai proses mutasi tersebut tidak sesuai prosedur dan sangat merugikan, baik secara pribadi maupun institusional.
Kepada Kompas.com, Piprim mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak menerima pemberitahuan resmi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terkait perpindahannya.
“Dalam kasus saya, tidak ada pemberitahuan resmi, tidak ada dialog, tidak ada klarifikasi atau persetujuan dari saya, bahkan saya mengetahui mutasi dari teman, bukan dari jalur resmi,” ujar Piprim, Selasa (6/5/2025).
Menurut Piprim, proses mutasi ini melanggar prinsip-prinsip administrasi sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (SE Menpan RB) Nomor 21 Tahun 2022 tentang mutasi ASN.
Ia menyebut mutasi ASN seharusnya didasarkan pada alasan tertulis, uji kompetensi, masa jabatan, serta kebutuhan organisasi.
“Jadi saya kira ini ada prinsip pelanggaran prosedural mutasi,” tambahnya.
Dampak Mutasi, Terputus dari Mahasiswa dan Pasien
Selain mempertanyakan prosedur, dr Piprim juga menyoroti dampak besar dari mutasi terhadap perannya sebagai pengajar dan dokter spesialis jantung anak di RSCM.
Sebagai pengajar calon dokter subspesialis kardiologi anak di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mutasi ke RS Fatmawati yang bukan rumah sakit pendidikan membuatnya tidak dapat melanjutkan tugas akademik.
“Bagaimana nasib murid-murid saya kalau saya begitu saja tiba-tiba dimutasi secara paksa ya ke RS Fatmawati yang notabene bukan RS pendidikan,” ungkap Piprim.
Ia juga mempertanyakan alasan Kemenkes yang menyebut mutasi itu untuk memajukan layanan jantung anak di RSF.
Menurutnya, tujuan tersebut dapat dicapai tanpa harus memindahkan dirinya secara tiba-tiba.
“Untuk memajukan layanan jantung anak di RS Fatmawati bisa dilakukan dengan mekanisme pengampuan yang dilakukan divisi kardiologi anak,” kata dia.
“Jadi, banyak cara tanpa harus mengorbankan pelayanan jantung anak di RSCM, mengorbankan murid-murid saya sebagai calon konsultan anak,” tambahnya.
Piprim pun menyampaikan permintaan maaf kepada para pasien dan mahasiswa jika ia tidak lagi bisa mendampingi mereka di RSCM. Ia berharap masyarakat dapat terus mendukung pelayanan kesehatan anak di Indonesia.