CLICKBET88 – Dedi Mulyadi Uji Disiplin Siswa Lewat Sekolah Jam 6 Pagi, Siapkah Anak dan Orangtua?

Gubernur Jabar, Dedi Mulyadi.

Lihat Foto

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mewajibkan seluruh sekolah di Jawa Barat mulai dari jenjang SD hingga SMA untuk memulai aktivitas belajar mengajar pukul 06.00 WIB.

Sekolah jam 6 pagi menurut Dedi bertujuan menciptakan budaya disiplin di kalangan pelajar sekaligus menekan angka kenakalan remaja.

Namun, kebijakan tersebut mengundang berbagai reaksi dari masyarakat dan para ahli pendidikan. Lantas, seberapa siap Jawa Barat menerapkan aturan ini?

Apa Tujuan di Balik Kebijakan Ini?

Dedi Mulyadi menegaskan, kebijakan ini bukan semata-mata soal memajukan waktu sekolah, tetapi juga bagian dari upaya reformasi budaya pendidikan.

“Anak-anak harus dibiasakan bangun pagi, punya aktivitas positif sejak dini, dan terhindar dari kegiatan negatif,” ujarnya dalam pernyataan resmi.

Dedi menambahkan, kebiasaan masuk sekolah lebih awal akan menciptakan ritme hidup yang sehat dan produktif bagi siswa.

Bagaimana Pandangan Pakar Pendidikan?

Cecep Darmawan, pengamat pendidikan sekaligus Dekan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mengungkapkan bahwa kebijakan ini sebenarnya bukan hal baru.

Ia mencontohkan penerapan serupa di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang bahkan menetapkan jam masuk sekolah pukul 05.00 WITA.

“Kalau di Bandung saya kira pas karena jam 6 itu jalanan belum macet. Namun, ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi jika kebijakan tersebut diberlakukan,” kata Cecep.

Ia menekankan bahwa perubahan ini memerlukan adaptasi dari siswa dan orangtua, termasuk soal waktu menyiapkan sarapan dan bekal sekolah.

Lebih lanjut, Cecep juga menyoroti kebutuhan penyesuaian layanan kantin dan transportasi umum.

“Siswa yang rumahnya jauh dari sekolah dan mengandalkan transportasi umum juga akan menghadapi kesulitan. Perlu ada solusi, misalnya penyediaan transportasi oleh pemerintah daerah atau sekolah,” jelasnya.

Apa Tanggapan Orangtua Siswa?

Tidak sedikit warga yang menyuarakan keberatan mereka. Nendah, seorang guru sekaligus ibu rumah tangga, menyebut bahwa kebijakan ini membebani keluarga.

“Kalau saya mah nggak setuju. Baik posisi seorang ibu atau posisi guru juga,” katanya.

Ia khawatir perubahan ini akan berdampak pada mood dan konsentrasi anak saat belajar.

About the Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like these

No Related Post