
Surabaya terus memperkuat intervensi dalam bidang pendidikan karakter anak, khususnya bagi mereka yang pernah terlibat kenakalan remaja.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan bahwa pembinaan terhadap generasi muda tetap menjadi prioritas utama melalui berbagai program unggulan, termasuk Kampung Anak Negeri (KANRI) dan program 1 Gamis 1 Sarjana.
Menurut Eri Cahyadi atau yang akrab disapa Cak Eri, Pemkot tidak hanya fokus pada efek jera, tetapi juga membangkitkan semangat anak-anak untuk melanjutkan pendidikan dan meraih cita-cita.
“Setelah 3-4 bulan, ternyata ada yang kembali lagi ke kebiasaan lama. Sehingga saya membuka asrama, ada Kampung Anak Negeri, ada program Satu Sarjana Satu Keluarga Miskin. Itu untuk menampung anak-anak ini,” kata Cak Eri di Surabaya, Senin (26/5/2025).
Program ini merupakan penyempurnaan dari inisiatif Sekolah Kebangsaan yang sebelumnya digagas bersama TNI pada tahun 2023.
Kala itu, anak-anak dikirim ke barak militer untuk mendapatkan pembekalan wawasan kebangsaan selama 10 hari. Meski menunjukkan dampak positif, efek perubahan tersebut seringkali tidak berlangsung lama.
Melalui KANRI dan program Bibit Unggul, Pemkot Surabaya mengembangkan pendekatan pembinaan karakter anak secara jangka panjang.
Sasaran utamanya adalah anak-anak yang sebelumnya terjaring operasi Satpol PP karena terlibat kegiatan negatif seperti mengamen, menyalahgunakan lem, hingga perkelahian.
“Jadi kalau dari keluarga nggak mampu, kami bantu, bisa melalui sekolah dan masuk asrama KANRI atau Bibit Unggul. Tapi kalau masih mampu, ya tetap melakukan pengawasannya, kita bersama. Sehingga inilah gotong-royong,” ujar Eri yang juga bergelar doktor di bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).
Berbeda dengan pendekatan hukuman, kehidupan di asrama memberikan suasana kekeluargaan dan ruang belajar yang memadai untuk membentuk pola pikir baru anak-anak. Bagi keluarga kurang mampu, biaya pendidikan juga difasilitasi oleh Pemkot Surabaya.
“Kalau tidak punya biaya, serahkan ke pemkot, akan kami sekolahkan. Makanya nanti itu akan diantar menuju ke Kampung Anak Negeri atau ke asrama Bibit Unggul,” jelas Cak Eri.
Program 1 Gamis 1 Sarjana menyiapkan sekitar 200 kuota untuk siswa di asrama Bibit Unggul dan tambahan 200 kuota untuk jenjang SMP dan SMA. Semua dilakukan dengan menjaga kerahasiaan identitas peserta.
“Sejak 2022 saya bergerak, saya berusaha menjaga privasinya warga saya yang saya datangi. Saya tidak ingin mereka malu atau minder,” tegas Eri.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3A-PPKB) Surabaya, Ida Widyawati, mengatakan bahwa pihaknya telah menindaklanjuti arahan Wali Kota dengan menyiapkan program pembinaan untuk orang tua dan remaja.
Selain itu, Pemkot juga menyiapkan program Padat Karya yang menyasar orang tua dengan penghasilan di bawah Rp 4 juta per bulan.
“Pemkot Surabaya siap membantu keluarga yang tidak mampu dengan memfasilitasi biaya pendidikan anak, termasuk melalui Asrama Bibit Unggul atau Kampung Anak Negeri bagi mereka yang ingin bersekolah penuh,” kata Ida.
Dengan pendekatan gotong-royong dan pembinaan jangka panjang, Surabaya terus menunjukkan komitmennya dalam membentuk generasi muda yang berkarakter dan siap menghadapi masa depan.
Artikel ini telah tayang di Surya.co.iddengan judul Cak Eri Pilih “Asramakan” Anak-anak Nakal di Surabaya, Tak Lagi Kirim ke Barak